fbpx
Indotainment
  • Home
  • Infotainment
  • Inspirasi
  • Life & Love
  • Lifestyle
    • Traveling
  • Literasi
    • Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Fiksi
  • Entertainment
    • Musik
    • Seni & Budaya
    • Game
    • Humor
    • Video
No Result
View All Result
Indotainment
  • Home
  • Infotainment
  • Inspirasi
  • Life & Love
  • Lifestyle
    • Traveling
  • Literasi
    • Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Fiksi
  • Entertainment
    • Musik
    • Seni & Budaya
    • Game
    • Humor
    • Video
No Result
View All Result
Indotainment
No Result
View All Result

Ibu Kandung Ternyata Bisa Lebih Kejam Ketimbang Ayah Tiri

Xavier Quentin Pranata by Xavier Quentin Pranata
Juli 19, 2019
in Life & Love
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

 

“Don’t worry that children never listen to you; worry that they are always watching you.”—Robert Fulghum

Peristiwa ini terjadi di Boyolali. Siti Wakidah alias Ida (30) menganiaya anak kandungnya sendiri F (6) yang mengakibatkan bocah malang itu meninggal dunia. “Tersangka melakukan dengan cara mencubit, memukul, mencakar dan membenturkan kepala korban ke lemari karena jengkel korban rewel,” jelas Kasat Reskrim Polres Boyolali, Iptu Mulyanto, Rabu (17/7). (detik.com).

“Berdasarkan riset Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015, Naswardi mengatakan bahwa ayah dan ibu kandung menempati posisi teratas sebagai pelaku kekerasan (28 persen dan 21 persen). Selanjutnya, guru (10 persen) dan ayah tiri (6 persen) adalah orang terdekat yang sering melakukan kekerasan pada anak.” (tirto.id)

Gejala apa itu? Dari kacamata ortu dan pendidik, saya mengamatinya begini. Pertama, ada pergeseran nilai-nilai keluarga. Bisa jadi anak zaman sekarang ‘lebih’ sukar diatur ketimbang dulu. Mengapa? Bisa saja faktor ekonomi sehingga pasutri terpaksa harus bekerja keras—seringkali di luar rumah—sehingga perhatian terhadap si kecil berkurang atau bahkan tinggal sedikit. Bisa juga ketidaksiapan orang untuk menjadi ortu yang dewasa.

Kedua, kewibawaan ortu yang luntur. Ketika bocah dulu, saat ayah memandang tajam ke arah saya, saya sudah tahu ada sesuatu yang salah atau tidak berkenan. Jika mama saya berkata, “Ayahmu sedang tidur,” maka otomatis saya menjauh dari kamar sehingga tidak mengganggu tidur ayah saya. Bagaimana dengan anak sekarang? Jika ortu memandang anaknya dengan tajam, sang anak balas menatap mata ortunya bersambil bertanya, “Mengapa ayah/ibu melototi saya?”

Ketiga, fokus ortu mengalami pergeseran. Ortu lebih bangga jika anaknya meraih prestasi yang baik—khususnya di bidang matematika-fisika-kimia (mafia)—ketimbang olahraga dan budi pekerti. Ada ortu zaman sekarang yang saat anaknya pulang ke rumah bertanya, “Nilai agamamu berapa?” Segala sesuatu yang kita remehkan—cepat atau lambat—akan menjadi bumerang yang memukul kita sendiri yang—malangnya—selalu menghantam daerah yang paling rentan dalam hidup kita.

Melihat fenomena ini apa yang bisa kita lakukan? Pertama dan terutama introspeksi. Mencari kambing hitam tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Di dalam kasus Ida yang membunuh F di atas, katanya anaknya rewel. Fakta yang perlu digali, mengapa anak itu rewel? Apakah dia sakit atau memang nakal? Kalau nakal, apakah sejak kecil tidak diarahkan atau akibat pergaulan buruk? Jika pertanyaan ini terus kita lanjutnya, ujung-ujungnya kembali ke ortu. Jadi, ketimbang mencari kambing hitam, bukankah lebih baik mengakui dan introspeksi?

Kedua, mempelajari sejarah kekerasan dalam keluarga sendiri. Apakah penganiaya dulunya juga mengalami hal yang sama? Kita adalah makhluk peniru yang hebat. Apa yang ortu lakukan kepada kita dulu—termasuk cara mendidik—secara tidak sadar kita serap sehingga menjadi pola kita dalam mendidik anak kita sendiri.

Ketiga, putus rantai kekerasan. Tidak semua yang ortu ajarkan buruk, bahkan sebagian besar justru baik. Kitalah yang wajib menyaring mana yang baik dan mana yang tidak. Apa yang baik tentu akan kita wariskan kembali ke generasi berikutnya. Sebaliknya yang yang buruk kita tinggalkan. Di dalam kasus ini, mari kita berperan aktif sebagai pemutus rantai kekerasan. Jika ortu kita dulu mendidik kita dengan kekerasan, cukup berhenti sampai di kita. Jika kita teruskan, kebiasaan ini akan terus menurun dan akhirnya menjadi budaya. Waktu tinggal dan kerja di Madura dulu, saya mengenal kebiasaan carok dari dekat. Berkat penyuluhan terus-menerus, kebiasaan duel satu lawan satu memakai celurit itu semakin berkurang.

Di atas semua itu, puisi Dorothy Law Nolte, Ph.D yang berjudul “Children Learn What They Live” ini bisa menjadi cermin bagi kita semua. Dari puisinya yang panjang itu, saya ringkaskan menjadi seperti ini:  “Jika anak dibesarkan dengan celaan dan kekerasan, mereka belajar untuk memaki dan berkelahi. Sebaliknya, jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, anak akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan menemukan cinta dalam setiap kehidupan yang dia jalani.”

  • Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.
Join Indotainment.id Telegram Group
Share231Tweet101Share40
Previous Post

Suami Bahagia, Sedang Isteri Menderita

Next Post

Orang Tionghoa Jadi Marinir? Mengapa Tidak!

Next Post

Orang Tionghoa Jadi Marinir? Mengapa Tidak!

Humor, Orang Batak Medan

Humor: Pria Batak Ojo Kesusu

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Indotainment.id melalui email

Bergabung dengan 1 pelanggan lain

  • Trending
  • Comments
  • Latest
32 Kata-Kata Lucu Gusdur yang Penuh Makna, Tetap Terkenang

32 Kata-Kata Lucu Gusdur yang Penuh Makna, Tetap Terkenang

April 28, 2020
6 Cara Berpikiran Positif

6 Cara Berpikiran Positif

Mei 19, 2020
10 Meme lucu buaya darat ini bikin cewek geleng kepala

10 Meme lucu buaya darat ini bikin cewek geleng kepala

Juni 12, 2020
20 Chat lucu sama teman lama ini pesannya bikin

20 Chat lucu sama teman lama ini pesannya bikin

Oktober 23, 2020

Menjadi Penulis Online Fulltime, Saya Bisa, Kamu Juga Bisa Kok

5

Mengenal Italia Lebih Dekat: Sejarah Vespa Piaggio

4

AHA Moment

2

Mengenal Italia Lebih Dekat: Menyampaikan Pesan Tersirat Lewat Peribahasa

2
10 Momen apes ‘gagal minum’ karena diganggu hewan, bikin senyum kecut

10 Momen apes ‘gagal minum’ karena diganggu hewan, bikin senyum kecut

Mei 23, 2021
20 Potret jenaka orang saat berjemur ini lucunya bikin senyum lebar

20 Potret jenaka orang saat berjemur ini lucunya bikin senyum lebar

Mei 22, 2021
10 Life hack nggak biasa saat hadapi masalah di rumah, bikin me

10 Life hack nggak biasa saat hadapi masalah di rumah, bikin me

Mei 21, 2021
10 Curhatan pengalaman lucu saat interview kerja ini ada-ada aja

10 Curhatan pengalaman lucu saat interview kerja ini ada-ada aja

Mei 19, 2021

About

Indotainment.id is your news, entertainment, music, lifestyle, fashion website.

We provide you with the latest breaking news and infotainment straight from the entertainment industry.

Menjadi Penulis

Indotainment.id membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor.

Bagi yang ingin bergabung menulis, silahkan kunjungi halaman Menjadi Penulis

Berlangganan

Daftarkan emailmu untuk mendapatkan notifikasi artikel terbaru Indotainment.id melalui email

Bergabung dengan 1 pelanggan lain

  • About
  • Our Team
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

© 2020 Indotainment.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Infotainment
  • Inspirasi
  • Life & Love
  • Lifestyle
    • Traveling
  • Literasi
    • Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Fiksi
  • Entertainment
    • Musik
    • Seni & Budaya
    • Game
    • Humor
    • Video

© 2020 Indotainment.id

Follow & Support Us!!

Indotainment.id menyediakan berita terbaru infotainment, musik, lifestyle,  cerita, humor, dan pengalaman.

true